Hi, learners! Apakah kalian pernah menunda menyelesaikan tugas sekolah atau kuliah? Awalnya, niat menunda satu sampai dua jam saja. Ketika sadar, eh, sudah mendekati deadline pengumpulan. Itu tandanya kita melakukan prokrastinasi akademik.
Mengapa ya kita seperti melakukan hal tersebut? Temukan jawabannya pada artikel ini! Artikel yang membahas tentang definisi, dampak, dan penyebab prokrastinasi akademik.
Apa Itu Prokrastinasi Akademik?
Prokrastinasi atau dalam Bahasa Inggris “procrastination” merupakan tindakan menunda memulai atau menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Dalam konteks akademik, prokrastinasi terjadi ketika peserta didik menunda penyelesaian aktivitas, proyek, dan tugas akademik tanpa alasan yang esensial [1].
Misalnya, ketika deadline pengumpulan tugas matematika masih tiga hari lagi, kita memilih untuk menunda menyelesaikannya. Kita beralasan masih memiliki waktu tiga hari. Tugas dapat diselesaikan besok atau sehari sebelum deadline, walaupun sebenarnya kita bisa menyelesaikan pada hari tugas diberikan.
Contoh lainnya, saat sedang mengerjakan tugas, tiba-tiba ada notifikasi dari chat dari teman atau sosial media. Apa yang umumnya dilakukan? Dibandingkan tetap fokus mengerjakan tugas, seringkali kita malah fokus membalas pesan dari teman atau scrolling sosial media.
Slogannya bukan, “kalau bisa sekarang, mengapa harus nanti?”, melainkan “kalau bisa nanti, mengapa harus sekarang?”
Apa Dampak Melakukan Prokrastinasi Akademik?
Stress dan Kecemasan Meningkat
Prokrastinasi akademik dapat meningkatkan stress dan kecemasan, terutama menjelang deadline [4]. Ketika kita masih jauh dari deadline, kita luar biasa santai. Namun, semakin mendekat waktu deadline, kepanikan mulai menyerang. Apalagi detik-detik menjelang pengumpulan tugas!
Kita menjadi terburu-buru menyelesaikan tugas agar tidak melebihi waktu pengumpulan. Memang, mayoritas mereka yang mengerjakan tugas menjelang deadline tetap mampu menyelesaikannya. Tapi, tanpa disadari tekanan pada diri meningkat. Ini akan berdampak pada kesehatan mental kita apabila terus dilakukan.
Selain itu, seringkali hasil dari tugasnya pun tidak optimal. Nah, hasil tugas yang tidak optimal ini mengarahkan kita pada dampak prokrastinasi akademik yang kedua, yaitu hasil belajar yang tidak optimal.
Hasil Belajar Kurang Baik
Harapannya, ketika memiliki lebih banyak waktu dalam menyelesaikan tugas, itu tidak hanya membantu kita dalam penyelesaian tugas, melainkan membantu kita lebih memahami inti dari tugas yang kita kerjakan. Jadi, bukan hanya memenuhi tugas, kita juga dapat meningkatkan pemahaman kita terhadap materi dalam tugas tersebut.
Oleh karena itu, academic procrastination akan berdampak negatif pada hasil belajar kita [4]. Karena kita hanya akan fokus pada pengumpulan tugas, tapi mengabaikan proses untuk memahami materi pelajaran lebih baik. Tugas yang seharusnya dapat meningkatkan pemahaman kita, malah menambah stress saja nantinya!
Mengapa Kita Melakukan Prokrastinasi Akademik?
Okay, jadi prokrastinasi akademik berdampak buruk bagi kesehatan mental dan hasil belajar. Dampak tersebut bukanlah hal yang asing. Mayoritas pelajar sudah memahami dampak dari prokrastinasi akademik tersebut. Lalu mengapa kita tetap melakukan prokrastinasi?
Pemahaman akan alasan kita melakukan prokrastinasi akademik sangat penting agar kita mampu mencari metode yang tepat untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan prokrastinasi akademik.
Ada beberapa penyebab kita melakukan prokrastinasi akademik. Penyebab tersebut dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal atau dari dalam diri, misalnya gangguan kecemasan dan rasa takut gagal, perfeksionis, kelelahan baik fisik maupun mental, dan minimnya keterampilan belajar [1][4].
Sedangkan faktor eksternal atau dari luar diri, antara lain lingkungan belajar yang kurang baik, tugas yang tidak menyenangkan, dan kurang jelasnya petunjuk pengerjaan tugas [4].
Gangguan Kecemasan (Anxiety) dan Rasa Takut Gagal
Gangguan kecemasan, baik dalam bentuk test anxiety maupun social anxiety dinyatakan mempengaruhi frekuensi seseorang dalam melakukan prokrastinasi akademik.
Terkait test anxiety, prokrastinasi dilakukan karena rasa tidak nyaman ketika akan menghadapi tes. Sedangkan hubungannya dengan social anxiety yaitu adanya rasa takut ketika tidak mampu memenuhi harapan orang lain, misalnya harapan nilai baik dari guru dan orang tua.
Kedua anxiety tersebut erat kaitannya dengan rasa takut gagal, baik dalam tes, mengerjakan tugas, maupun ketidakmampuan selama belajar. Dampaknya, kita cenderung menunda mengerjakan tugas, dibandingkan mengerjakannya tapi tidak mendapatkan hasil maksimal.
Perfeksionis
Pernah dengar kutipan, “Quality over quantity?” Kutipan itu merujuk pada kualitas yang lebih utama dibandingkan kuantitas. Bagi perfeksionis, mereka menginginkan kualitas yang terbaik ketika mengerjakan sesuatu.
Misalnya, ketika membuat esai ingin membuat esai yang luar biasa atau ketika mengerjakan soal matematika ingin mendapatkan nilai sempurna. Karena ingin mencapai kesempurnaan tersebut, para perfeksionis akan cenderung menunggu “waktu yang tepat”, “mood yang baik”, “inspirasi”, “lingkungan yang mendukung”, dan istilah lain yang sebenarnya tanpa mereka sadari menuntun pada prokrastinasi akademik.
Kelelahan Fisik atau Mental
Kelelahan fisik maupun mental menjadi faktor penting seseorang menunda menyelesaikan tugas. Misalnya, lelah karena kurang tidur yang berkualitas, sehingga menunda tugas atau kegiatan yang seharusnya dilakukan.
Begitu pula dengan kelelahan mental, seperti merasa stress, burnout, ataupun bentuk lelah psikis lainnya.
Keterampilan Belajar Rendah
Alasan lainnya kita melakukan academic procrastination yaitu minimnya keterampilan belajar. Keterampilan bukan hanya terkait keterampilan memahami materi yang dijelaskan oleh guru, yang kita baca dari buku, yang kita tonton di YouTube, atau dengarkan di Podcast.
Keterampilan belajar mencakup keterampilan manajemen waktu belajar, membuat catatan yang baik, menyimak dengan aktif, persiapan menghadapi ujian, bahkan mengelola tekanan dalam belajar. Keterampilan belajar yang rendah akan berdampak pada tingginya frekuensi kita melakukan prokrastinasi.
Misalnya, ketika kita tidak memiliki keterampilan mengelola waktu yang baik, kita akan bingung membagi waktu untuk mengerjakan tugas sekolah, belajar, dan beristirahat. Dampaknya, kita tidak mampu menyeimbangkan dan menyelesaikan banyak kegiatan dalam keseharian kita.
Lingkungan Belajar Kurang Baik
Lingkungan belajar kurang baik dapat dalam berbagai macam bentuk. Misalnya, internet yang tidak memadai, fasilitas tidak mendukung, suasana berisik atau banyak gangguan lainnya.
Pernahkah kalian mengalami ketika sedang fokus belajar atau mengerjakan tugas, tiba-tiba banyak suara motor lalu lalang di depan rumah? Terutama ketika tugas kalian membutuhkan suasana yang tenang ketika berpikir. Pasti kesal, kan?
Pada situasi tersebut, seringkali kita memutuskan menunda mengerjakan tugas hingga suasana lebih tenang. Lalu ketika suasana sudah tenang, mood mengerjakan tugas sudah hilang!
Contoh lainnya, ketika harus mengerjakan tugas yang membutuhkan referensi dari internet, sedangkan jaringan internet luar biasa lemot. Ini seperti video clip lagu viral berjudul “Tiba-tiba” yang dinyanyikan oleh Quinn Salman!
Tugas Tidak Menyenangkan atau Terlalu Sulit
Tugas tidak menyenangkan menjadi rangsangan eksternal kita menunda menyelesaikan tugas. Ketika kita melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak kita sukai, atau mungkin terlalu sulit, kita akan mengirimkan sinyal rasa sakit atau tidak menyenangkan ke otak [3].
Untuk melindungi diri, otak akan menyarankan kita melakukan hal lain yang dapat menghilangkan rasa tidak menyenangkan tersebut. Dampaknya, kita akan melakukan hal lain yang kita anggap lebih menyenangkan [2]. Tanpa kita sadari, ini merupakan proses terjadinya prokrastinasi.
I don’t like it! Let’s find something more interesting.
Misalnya, siswa A memiliki tugas matematika. Tapi, dia tidak menyukai pelajaran matematika. Tugas matematika tersebut akan menimbulkan rasa tidak menyenangkan di dirinya. Mood menjadi tidak baik.
Untuk meningkatkan moodnya, siswa A akan melakukan hal yang menyenangkan baginya. Mungkin mendengarkan musik, menonton televisi, berkumpul bersama teman, dan sebagainya. Apapun dilakukannya, selain menghadapi dan menyelesaikan tugas tersebut.
Kurang Jelasnya Petunjuk Penyelesaian
Petunjuk yang dimaksud dapat berupa petunjuk lisan dari guru atau dosen, maupun petunjuk tertulis yang ada di dalam lembar tugas atau tes. Ketika kita tidak paham maksud dari tugas tersebut, kita cenderung akan menunda pengerjaannya.
Mungkin menunda hingga paham maksudnya atau menunda hingga ada teman yang mengerjakan lebih dahulu. Pernah mengalaminya, ‘kan? Kita sibuk bertanya dengan teman tentang bagaimana maksud tugas yang diberikan kepada kita hingga kita menunda waktu pengerjaan.
Alasan ‘tidak jelas maksudnya apa’ menjadi salah satu alasan umum ketika ditanya mengapa menunda atau bahkan terlambat mengumpulkan tugas!
Simpulan
So, learners. Prokrastinasi akademik dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mental dan hasil belajar kita. Alasan melakukan academic procrastination ini dapat berupa faktor internal maupun faktor eksternal.
Penting bagi kita untuk memahami alasan melakukan prokrastinasi akademik, sehingga kita dapat menemukan cara yang tepat dalam menanggulangi permasalahan tersebut.
References
[1] Bolbolian, M., Asgari, S., Sefidi, F., dan Zadeh, A.S. (2021). The relationship between test anxiety and academic procrastination among the dental students. Journal of Education and Health Promotion, Vol. 10, hlm. 1-6.
[2] Gargari, R.B., Sabouri, H., dan Norzad, F. (2011). Academic Procrastination: The Relationship Between Causal Attribution Style and Behavioral Postponement. Iran J Psychiatry Behav Sci, Vol. 5, hlm. 76-82.
[3] Oakley, B., Sejnowski, T., dan Hammons, G. (nd). I’ll Do It Laters, Honest!. Course Learning How To Learn For Youth at Coursera, by Arizona State University.
[4] Shatz, I. (nd). Academic Procrastination: Examples, Consequences, Causes, and Solutions. Tersedia: https://solvingprocrastination.com/academic-procrastination/
0 Comments