Hi, learners! Sudah beberapa bulan sejak artikel terakhir saya. Saya memutuskan untuk berbagi lebih banyak pengalaman pribadi di blog ini. Blog ini akan mengkaji teori atau konsep dalam dunia pendidikan dan pengalaman hidup saya terkait hal tersebut.
Artikel-artikel saya akan fokus pada pedagogik sebagai ilmu pendidikan, khususnya pendidikan anak. Selain itu, saya juga akan berbagi tentang ulasan dan rekomendasi buku. Untuk artikel dalam Bahasa Inggris, kalian bisa klik link berikut.
So, pada artikel kali ini saya ingin berbagi pengalaman yang saya alami baru-baru ini. Beberapa hari yang lalu, beberapa orang bertanya kepada saya tentang pilihan saya dalam studi S1 dan S2, serta karir saya yang mereka anggap tidak sepenuhnya linier. Mereka bertanya apakah saya membuang-buang waktu, tenaga, dan uang dengan random-nya pilihan tersebut.
Pertanyaan yang memang cukup sederhana, tapi saat itu saya tidak bisa menjawabnya. Saya gugup dan tidak bisa berpikir jernih. Apakah saya menyesali jawaban saya saat itu? Sangat. Karena saya menyadari bahwa hal itu dapat membuat perbedaan besar di masa depan saya. Namun, saya tidak bisa mengubah masa lalu, saya tidak bisa mengubah kesalahan saya.
Melalui artikel ini saya ingin berbagi jawaban saya, jawaban yang saya harap saya berikan kepada mereka terkait dengan linearitas pendidikan formal saya. Memang hampir mustahil salah satu dari mereka membaca jawaban ini sekarang atau nanti. Namun, saya hanya ingin berbagi cerita kepada siapa saja yang mungkin mengalami atau mempertimbangkan hal serupa.
TENTANG GELAR AKADEMIK SAYA
Saya memiliki gelar sarjana pendidikan di program studi pendidikan guru sekolah dasar atau PGSD dan master pendidikan di bidang pedagogik.
Prodi PGSD merupakan program pendidikan sarjana bagi siapa saja yang ingin menjadi guru sekolah dasar nantinya. Disana saya belajar bagaimana memahami siswa SD, materi pelajaran di SD, bagaimana menyusun RPP, dan banyak melakukan simulasi dalam mengajar. Prodi tersebut dapat diselesaikan dalam durasi 4 tahun dan diakhiri dengan penyelesaian skripsi berbasis penelitian.
PGSD adalah ilmu yang sangat praktis, yaitu implementasi atau penerapan teori-teori pendidika. Prodi PGSD mempersiapkan saya menjadi guru ideal bagi siswa sekolah dasar. Jadi, jika kalian ingin menjadi guru sekolah dasar, prodi PGSD adalah pilihan yang tepat.
Di sisi lain, bidang pedagogik yang menjadi program studi magiste saya merupakan bidang ilmu yang bersifat teoritis. Sebagian orang mungkin mengira pedagogik adalah pengajaran, ilmu praktis yang merupakan penerapan teori. Ada kemungkinan bahwa terjadi miskonsepsi antara 'pedagogik' sebagai sebuah praktik dan bukan sebagai ilmu teoretis. Mengapa demikian?
Di negara-negara yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris, tidak ada perbedaan signifikan antara pedagogy sebagai praktik dan ilmu pengetahuan. Namun, pedagogy sebagai sebuah praktik dikenal sebagai pedagogi; sebagai teori atau ilmu disebut pedagogik. Pedagogik atau dikenal juga sebagai ilmu pendidikan anak. Lebih lanjut mengenai perbedaan pedagogik dan pedagogi akan saya bahas pada artikel lainnya.
Pedagogik sebagai ilmu pendidikan merupakan bidang ilmu yang saya ambil sebagai program magister. Selama sekitar dua setengah tahun, saya mempelajari banyak perspektif filosofis, sosial, psikologis, dan antropologis dalam pendidikan. Itu adalah pengalaman yang sangat bermanfaat. Saya bertemu orang-orang luar biasa di sana, baik dosen maupun teman.
DARI PGSD KE PEDAGOGIK. MENGAPA?
Dulu saya bercita-cita menjadi guru sekolah dasar. Saya suka mengajar anak-anak, dan saya masih menyukainya hingga sekarang. Ketika saya mengambil S2 Pedagogik, itu karena kajiannya menarik minat saya. Pedagogik adalah salah satu mata kuliah yang harus saya selesaikan untuk menyelesaikan S1. Oleh karena itu, saya telah ‘mencicipinya’ sebelum memutuskan menyelam lebih dalam ke area itu.
Saya mempunyai pilihan untuk menggali lebih dalam bidang praktis atau teoretis. Saya memilih yang terakhir. Namun saat itu, saya belum menganggap dan menginginkan diri saya seorang akademisi. Saya belum memikirkan hal itu untuk karir masa depan saya. Saya hanya berpikir bahwa Prodi Pedagogik akan meningkatkan kemampuan saya sebagai guru TK atau SD. Ini akan membantu saya memahami masalah pendidikan anak dan merumuskan solusi yang mungkin.
Apakah saya menyesali pilihan saya untuk mengejar gelar master di bidang pedagogik? Tidak sedikitpun terkait dengan bidang ilmu. Hal yang saya pelajari di sana lebih dari yang saya harapkan. Keahlian saya dalam pendidikan anak semakin meningkat. Alhamdulillah. Tapi, saya tidak bisa mengatakan hal yang sama tentang pengakuan disiplin tersebut di negara saya. Para lulusan, termasuk saya, seringkali ditanya apakah pedagogik sejalan dengan profesi guru.
APAKAH KEDUANYA LINIER?
Jadi, a million-dollar question, "Apakah kedua gelar saya linier?" Keduanya memang memiliki beberapa perbedaan yang signifikan. Misalnya, program studi pendidikan guru sekolah dasar lebih bersifat praktis, sedangkan program studi pedagogik lebih bersifat teoritis.
Namun, sebagai ilmu pendidikan anak, Prodi Pedagogik erat kaitannya dengan Prodi Pedagogik. Pedagogik sebagai ilmu pendidikan anak berfokus pada anak berusia sekitar 0 hingga 18 tahun. Oleh karena itu, siswa sekolah dasar masih termasuk dalam kajian pedagogik.
Jadi, memilih pedagogik sebagai bidang kajian saya bukan berarti mengabaikan minat saya terhadap dalam mengajar anak-anak. Saya hanya mengambil cara berbeda untuk berkontribusi pada pendidikan anak. Saya tidak langsung mengajar anak-anak di SD atau TK, tapi saya melakukan penelitian dan mengajar calon-calon pendidik di lingkungan pendidikan tersebut.
Dalam penelitian, pedagogik memiliki cakupan yang cukup luas namun terbatas. Penelitiannya berfokus pada fenomena pendidikan, mengeksplorasi berbagai fenomena sejak usia dini hingga remaja. Namun, tidak semua aspek kehidupan mereka, hanya aspek yang berkaitan dengan interaksi dan situasi pedagogis.
SIMPULAN
Berdasarkan disiplin ilmunya, memang keduanya linier karena sekolah dasar juga berada dalam lingkup pedagogik sebagai suatu ilmu. Prodi Pedagogik dapat membantu guru atau pendidik lainnya untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi pendidikan. Hal ini dapat membantu guru untuk lebih memahami siswanya dan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Namun, perbedaannya adalah yang satu bersifat teoritis dan yang lainnya bersifat praktis.
0 Comments