Berkenalan dengan Rudolf Steiner

Hai Learners! Pernah mendengar Sekolah Waldorf, Pendidikan Waldorf, atau Pendidikan Steiner? Sistem pendidikan ini sangat populer, loh, terutama di negara-negara Eropa, dimana sistem pendidikan ini pertama kali dikembangkan. 

Di Indonesia, Sekolah Waldorf juga kini cukup berkembang. Sebelum mengenal lebih dalam tentang Sistem Pendidikan Waldorf, yuk, kita berkenalan dengan pendiri dan pengembang pertama sistem pendidikan Waldorf, yaitu Rudolf Steiner.

Siapakah Rudolf Steiner?

Dilahirkan pada tanggal 27 Februari 1861 (sumber lain menyatakan pada tanggal 25 Februari 1861) di Kraljevec, sebuah daerah di perbatasan Austria-Hungaria yang kini dikenal sebagai Kroasia, Rudolf Joseph Steiner merupakan seorang pria keturunan Jerman-Austria (Gidley, 2017; Uhrmacher, 1995). 

Steiner mempelajari berbagai ilmu pengetahuan di sekolah maupun secara mandiri, misalnya matematika dan fisika lanjutan, Bahasa Yunani Kuno dan Bahasa Latin, juga pemikiran berbagai filsuf di Jerman pada saat itu. 

Steiner diakui sebagai seorang jenius yang berkontribusi dalam berbagai bidang ilmu, antara lain filsafat, arsitektur, sains, dan pendidikan.

Bagaimana perkembangan intelektual Steiner?

Steiner memberikan kontribusi pada berbagai bidang, misalnya metode pertanian biodinamis, penemuan Weleda (yang menghasilkan homeopati dan obat-obatan herbal), serta penemuan arsitektur organik (Gidley, 2017). 

Hingga kini temuan-temuan tersebut masih digunakan pada sejumlah institusi pendidikan, klinik kesehatan, fasilitas terapeutik, institusi perbankan, dan pertanian.

Pada autobiografinya, Steiner menyatakan bahwa perkembangan intelektualnya dihiasi oleh pengalaman supersensible, yaitu melampaui persepsi yang mampu ditangkap oleh indera dan dimaknai secara transendental. 

Pengalaman tersebut diduga sebagai dasar ilmu spiritual antroposofi, landasan pendidikan Waldorf.

Bagaimana pengalaman Rudolf Steiner sebagai 'influencer'?

Pada rentang tahun 1888 - 1924, Steiner telah memberikan lebih dari 5000 perkuliahan dengan tema antroposofi dan pendidikan Waldorf. Perkuliahan-perkuliahan tersebut dilaksanakan hingga mencapai 96 kota dari 17 negara, antara lain Oslo, Stockholm, Helsinki, Bologna, Oxford, Paris, Vienna, Praha, dan Budapest. 

Kalau di era digital, pasti Rudolf Steiner sudah punya banyak subscribers di YouTube atau followers di instagram ya, learners

Bagaimana kontribusi Steiner dalam bidang pendidikan?

Rudolf Steiner dikenal sebagai pengembang sistem pendidikan Waldorf yang kini tersebar di berbagai negara. Bersama dengan temannya, Emil Molt, dia mendirikan Sekolah Waldorf pertama di Stuttgart pada tahun 1919. 

Steiner merupakan sosok pendidik idola pada saat itu karena tidak hanya mengembangkan sistem pendidikan Waldorf, dia juga terlibat langsung dalam praktek penerapannya di Sekolah Waldorf, serta mengenal pendidik dan peserta didik di sekolah tersebut dengan sangat baik (Gidley, 2017).

Mengapa Steiner dianggap sosok luar biasa?

Pertama, Steiner dianggap sebagai pemimpin kharismatik karena mampu mencetuskan ide dan merealisasikannya pada masa sulit di Jerman. Idenya tentang antroposofi hingga kini bertahan dan menyebar. Pusat antroposofi pada saat ini berada di Dornach, Switzerland. 

Kedua, pemikiran (ide) Steiner umumnya tercetus dari pengalaman hidupnya, bahkan yang terkait pengalaman supersensible

Ketiga, kontribusi Steiner meliputi berbagai disiplin ilmu, mencakup psikologi, antropologi, seni, medis, pertanian, religius, hingga literasi dan bahasa.

Apakah terdapat respon negatif terhadap Steiner?

Terdapat anggapan bahwa pencapaian Steiner dirasa 'tidak dihargai'. Asumsi tersebut timbul karena respon terhadap karya-karya Steiner kurang 'terlihat'. 

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kecenderungan Steiner mempublikasikan karyanya pada penerbit in-house Steiner, yaitu penerbit yang hanya menerbitkan karya-karya Steiner dan followers Steiner saja (Gidley, 2017). 

Jadi, respon terhadap karya Steiner merupakan dukungan dari pengikutnya. Dampaknya, karya Steiner hanya dikenal oleh kalangan tertentu saja. 

Selain itu, karya Steiner juga dianggap terlalu erat kaitannya dengan okultisme dan teosofis, mungkin karena beliau terlibat dalam Theosophical Society. Selanjutnya, karya Steiner dianggap memiliki 'tantangan' untuk dipahami.

Mengapa terdapat tantangan untuk memahami karya Steiner?

Pertama, karya Steiner umumnya dalam bahasa Jerman dan belum banyak yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris. 

Kedua, banyak karya Steiner yang berbentuk transkrip perkuliahan yang diberikannya dan belum sempat direvisi. 

Ketiga, karya Steiner cenderung ekstensif dan saling berkaitan, sehingga dibutuhkan waktu dan usaha luar biasa, baik untuk mengakses dokumen ataupun memahaminya.


Nah, sudah kenal kan dengan Rudolf Steiner? Apakah kalian tertarik untuk mengenal Steiner dan karya-karyanya lebih dalam?

Receive the children in reverence, educate them in love, and send them forth in freedom -Rudolf Steiner- 


Referensi

  1. Gidley, J. M. (2017, April 4). Rudolf Steiner (1861 - 1925). Retrieved Mei 22, 2017, from ResearchGate.
  2. Uhrmacher, P. B. (1995). Uncommon Schooling: A Historical Look at Rudolf Steiner, Anthroposophy, and Waldorf Education. Curriculum Inquiry Vol. 25, No. 4 Winter 1995, 381-406.
Disunting dari Tesis berjudul "Konsep Pendidikan Waldorf dalam Karya Rudolf Steiner dan Relevansinya dengan Konsep Pendidikan Nasional Republik Indonesia" (2018). by Rianita Puspita Sari, M.Pd. Program Studi S2 Pedagogik, Universitas Pendidikan Indonesia. Supervised by Dr. Mamat Supriatna, M.Pd.

Post a Comment

0 Comments